Dalam keadaan negara yang amburadul, carut marut, tentu akan muncul pemimpin yang akan memperbaiki keadaan, pada waktunya yang tepat.
Pemimpin itu pasti orang yang berbudi luhur, jujur, pandai dan berwawasan luas, tidak punya pamrih hanya untuk kepentingannya sendiri, berani hidup sederhana, berani menegakkan kebenaran, bijak dan mrantasi gawe – mampu menuntaskan semua masalah. Karena kebijakan dan tindakannya adalah dijalan Ilahi dan diatas segalanya, pemimpin itu telah tercerahkan jiwanya.
Berani hidup sederhana
Para pinisepuh selalu menekankan bahwa seorang pemimpin itu harus berani hidup sederhana, tidak bergelimang kemewahan. Hal ini dipersyaratkan mutlak supaya pemimpin tidak menyakiti perasaan rakyatnya, karena kebanyakan kawula kehidupannya masih belum sejahtera.
Pemimpin yang hidup enak-enak, mewah, serba berlebih, sementara rakyatnya banyak yang melarat, itu bukanlah manusia terpuji. Dia tidak punya rasa solidaritas sama sekali dan tidak mengerti perasaan kawula alit.
Yang amat diharapkan oleh rakyat dan negara adalah pemimpin yang berkwalitas, yang bisa mrantasi gawe .Bukan pemimpin yang hanya bisa ngomong manis dan mengobral janji, bergaya sopan seperti a gentleman atau a gentle lady.
Yang penting adalah bukti nyata, dia telah mrantasi gawe, bekerja dengan berhasil, membangun kehidupan yang tertata rapi, aman, adil, sehingga rakyat menikmati kehidupan yang sejahtera, tersedia dan terjangkau sandang, pangan, papan, lapangan kerja, pendidikan, masa depan bangsa dan negara cerah.Orang Jawa dulu punya istilah : Wong cilik iso gumuyu- Orang kecil bisa ketawa.
Itu pertanda kehidupan nyaman dan sejahtera.
Berwatak satria
Dinegeri ini sudah terbiasa kita mendengar ungkapan : supaya kita bersikap satria dalam menjalankan sesuatu dan hidup ini.
Seorang satria artinya orang yang terhormat karena perilaku dan tindakannya yang baik dan benar – Berbudi bawa laksana.
Satria itu orang yang bertanggung jawab. Ini merupakan sikap yang penting untuk saat ini, dimana orang yang berani bertanggung jawab semakin langka. Kebanyakan orang maunya sibuk cari fasilitas, dapat duit banyak dengan cara mudah dan tanpa tanggung jawab.
Seperti dalam cerita wayang dan babad, seorang satria baik wanita maupun pria,digambarkan berwajah rupawan dan baik hatinya –Ayu rupane, Ayu atine. Dalam pepatah Jawa adalah :
Galuga sinalusur sari.
Para satria itu bersikap:
Jembar pandelenge - Luas wawasannya.
Jembar jagade - Luas pergaulannya.
Jembar segarane - Luas hatinya, artinya pemaaf.
Mereka itu dicintai banyak orang – Katon cempaka sawakul.
Dalam bidang pekerjaan, seorang satria bisa dihandalkan, karena seorang satria adalah pemimpin yang berkwalitas. Argumentasi dan kerjanya bagus. Oleh karena itu, dia dengan mudah mampu membangkitkan semangat kerja dan juang teman-temannya dan orang lain, istilah Jawa nya: Sabda Merta.
Pemimpin Negarawan
Para satria sebenarnya punya kemampuan untuk berbakti ditingkat negarawan – statemanship.
Mereka punya modal kuat untuk menjadi negarawan.
Bila negara membutuhkannya, pada saat yang tepat, seorang satria anak bangsa akan muncul, dia punya kemampuan luar biasa untuk ngontragake gunung,mampu bahkan menggoncang gunung dan mengalahkan semua musuh bangsa dan negara.
Musuh yang paling berbahaya adalah mereka yang menggerogoti dari dalam dengan cara menghancurkan etika moral, budi pekerti anak bangsa, terutama yang punya jabatan penting dan posisi yang strategis, sehingga dimana-mana timbul manipulasi, korupsi dan penyalah gunaan wewenang yang ujung-ujungnya cari duit tidak halal.
Sang Pemimpin Sejati akan menjadi inspirator dan penggerak, karena segala ucapan dan seruannya mampu menggetarkan hati pendengarnya – Prawata Bramantara.
Dia dikenal sebagai orang yang suci hatinya, jujur dan harum namanya – Pandhita amreksa candhana.
Oleh karenanya, dia mendapat berkah Tuhan, segala tindakan dan kebijakannya berjalan dengan baik dan berhasil. – Istilahnya : Ora kena disuwawa
Semua orang diberi pengertian dan keyakinan bahwa negeri yang mempunyai pemimpin yang berkwalitas seperti tersebut diatas, kehidupan rakyatnya tentulah:
Mubra mubru blabur madu, artinya tentulah serba kecukupan, makmur, selamat dan bahagia.
Semoga Indonesia, segera masuk dalam daftar negeri seperti itu.