Menghidupkan Spirit Averoisme

Filsafat adalah induk dari segala ilmu. Berfikir juga dapat diartikan dengan berfilsafat, namun tidak semua yang berfikir adalah filosof, karena berfikir ala filsafat adalah berfikir yang mendalam, sampai ke akar akarnya (radix), sistematis dan metodis. Sejarah awal munculnya filsafat tidaklah mudah untuk diprediksi, karena setiap peniliti –dalam hal filsafat- mempunyai argumentasi yang berbeda. Namun yang menjadi pandangan umum hingga sekarang dimulai pada abad ke 6 SM di
Yunani.

Namun perlu digaris bawahi bahwa secara umum arti dari filsafat adalah mencari hakikat kebenaran akan segala sesuatu yang ada (being), baik itu yang material, non material maupun yang immaterial (Transcendental). Secara umum, perkembangan filsafat dibagi tiga periode. Pertama; Kosmosentris, pola pemikiran seperti ini, terjadi pada masa sebelum masehi –awal munculnya filsafat-. Obyek kajiannya hanya menitikberatkan pada alam. Perkembangan pemikiran antroposentris ini, tentunya tidak bisa menafikan filsuf Sokrates, Plato dan Aristoteles, yang merupakan pengemban dan dasar dari munculnya pemikiran baru, atau basis keilmuan yang akan datang. Kedua; Teosentrisme, bentuk dari pemikiran ini hanya memprioritaskan persoalan ke-Tuhan-an. Tentang esensi Tuhan, eksistensi Tuhan kekuasaan Tuhan dan lain sebagainya (yang berkaitan dengan yang transenden). Pola pikir yang demikian berkembang pesat pada masa abad pertengahan, tepatnya di Negara-negara timur.

Filosof ternama yang ada pada era perkemabnagan islam adalah Al-Kindi, Ibnu Sina, Al-Ghozali, Al-Farobi dan Ibnu Rusyd. Pemikir yang terakhir ini –yaitu Ibnu Rusyd- berkembang pesat di Al-maghribi atau Negara barat. Ketiga; Antroposentrisme. Gaya berfikir dari era ini adalah lebih bersifat kemanusiaan. Seperti dari mana manusia, untuk apa manusia hidup, apa itu jiwa, apa yang memebedakan manusia dengan yang lain dan lain sebagainya. Filsafat seperti ini berkembang dengan sangat pesat hingga era modern dan bahkan sampai sekarang. Era Antroposentrisme juga bisa dikatakan dengan abad kreatifitas manusia, karena persoalan yang paling urgen dan mendasar adalah tentang kemanusiaan.

Lahirnya Modernitas
Persoalan kapan dilahirkannya abad modern, masih sangat beragam jawabnnya, namun perbedaan ini, sangatlah wajar adanya –karena kebenaran bersifat perspektival-. Menurut Arnold Toynbee, era modern dimulai sejak adanya clash antara kaum agamawan dan ilmuan, yang tepatnya pada abad 15 di Eropa-barat. Tokoh utama yang Mendalangi perseteruan ini adalah Copernicus, G.Galileo, yang berani menentang gereja, meski pada akhirnya juga dihukum mati oleh kaum agamawan (gerejani) karena telah mengancam kemapanan doktrin gereja.

Inkuisisi atas ilmuan ini dikarenakan menentang pendapat gereja yang sudah meyakini pertama; bumi sebagai pusat tata surya, kedua; matahari dan palanet-planetnya yang mengelilingi bumi dan ketiga; bentuk dari bumi itu seperti tampah. Inti dari teori yang dikedepankan oleh kaum agamawan bersifat Geosentris yaitu bumi sebagai pusat segala-galanya. Pendapat ini dibantah oleh Copernicus dan G.Galileo dengan menggunakan teori Heliosentrisme yakni mataharilah yang menjadi pusat tata surya. Bumi bukan sebagai pusat tata surya, bumi pula yang mengelilingi matahari dan bentuk daripada bumi itu sendiri bukanlah seperti tampah –seperti yang di yakini oleh kaum gerejani- akan tetaapi bulat. Inilah yang merupakan cikal-bakal dari lahirya era modern.

Konversi Paradigma
Adanya pergeseran paradimga yang terjadi pada abad 14 dan 15 ini, dari Teosentrisme (ke-Tuhan-an) ke Antroposentrisme (kemanusiaan) yang berujung pada peradilan inkuisisi atas G.Galileo –seperti yang tertera diatas-, tidaklah berhenti disitu, namun ada tokoh lain yang menyemangati dan melanjutkan beberapa penemuan dari G.Galileo dan Copernicus. Seperti Rene Descartes dan David hume. Membicarakan seorang filosof prancis –yaitu Rene Descartes- tentu tidak bisa lepas dari metode skeptis-nya atau dengan nama yang kita kenal Cogito Ergo Sume (Aku Berfikir maka Aku Ada), ia adalah seorang saintis termashur di zamannya dan mungkin samapai sekarang pun masih banyak yang mengamini eksistensinya. Pembahasan tentang rasionalisme yang berkembang di era sekarang juga tidak bisa dilepaskan dari tokoh yang hidup pada 1596-1650, karena tonggak awal munculnya pemikiran rasionalisme –dieropa- ini adalah Rene Descartes. Menurut Rene Descartes, rasio adalah satu-satunya cara untuk mencari kebenaran, dan rasio juga adalah satu-satunya sumber kebenaran. Di luar rasio hanyalah bayang-bayang belaka. Untuk itulah nama alirannya disebut dengan rasionalisme. Tokoh lain dari aliran ini adalah Baruch Spinoza (1632-1677), dan Leibniz (1646-1716).

Namun ada juga –beberapa manusia-yang hanya memprioritaskan panca indra sebagai produksi kebebenaran –bukannya rasio-, jelas bahwa aliran ini tidak mau berfilsafat. Karena inti dari filsafat adalah berfikir, tapi ada juga yang tetap berfikir mengenai persoalan panca indra seperti David Hume, menurut filosof yang hidup pada 1711-1776 ini, yang menjadi sumber kebenaran adalah pengalaman indrawi, diluar pengalaman indarwai hanyalah tipuan belaka. Dalam perspektif filosof asal Inggris ini juga, pengalaman atau empiris adalah satu-satunya kebenaran. Untuk itulah nama alirannya disebut dengan Empirisme, karena menitik tekankan hanya pada pengalaman panca indra. Dan tokoh yang lainnya adalah Thomas Hobs (1588-1679) dan Jhon Lock (1632-1704).

Kedua bentuk pemikiran diatas mengalami perkembangan –bahkan pertentangan- yang cukup dahsyat. Namun kedua aliran ini berhasil di sentesiskan oleh seorang filosof besar terkemuka di era tersebut, yakni Imanuel Kant.(1724-1804). Menurut pemikir berkebangsaan Jerman ini bahwa baik itu Rasionalisme atau Empirisme pada dasarnya saling melengkapi, dan tidak boleh dipisahkan. Karena masing masing dari keduanya punya kelemahan sendiri. Seperti dalam pandangan kaum rasionalis sangat sulit untuk merasionalisasikan akan persoalan rasa manis, pahit, dan asam. juga persoalan bau wangi, busuk, dan lain-lainnya. Kecuali melalui pengalaman indrawai, baik itu indra penbgecap, pencium, penglihat, peraba, dan pendenganr. Begitu juga dengan pandangan Empirisme, banyak kelemahannya dan itu harus diakui kelemahannya seperti pada indra penglihat ketika dihadapkan pada sebuah cermin, pasti pandangan kita terbalik, anggota tubuh kita semuanya jadi terbalik, juga pada contoh ketika kita memasukan pensil didalam gelas kaca kalau dilihat dari samping pasti bentuk dari pensil itu tidak lurus, tapi berbelok, dan beberapa contoh yang semacamnya.

Aliran yang mencoba menyatukan Rasionalisme dan Empirisme ini adalah Kritisisme atau kantianisme karena yang mencetusaknnya adalah Immanuel kant. Inti daripada beberapa aliran pemikiran yang berkembang ini bukannya tidak mempunyai arti penting sama sekali terhadap perkembangan zaman, akan tetapi mempunya pengaruh yang cukup besar atas perkembangan pemikiran umat manusia. Pengikut daripada beberapa aliran diatas sangatlah banyak bahkan sampai berhasil menciptakan beberapa aliran baru. Seperti, Idealisme; dengan tokohnya; G.W F.Hegel, J.G.Fitchte, F.W.F.Scheling Positivisme; August Comte, E.Durkheim, J.S.Mill, Evolusionisme; C.Darwin, Herbert Spencer. Realisme; Bertrand Russell. Pragmatisme; John Dewey, C.S.Pierce, dan William James. Materialisme; La-Meetrie, K.G Buchner, Feurbach, dan Karl Marx, dan Eksistensialisme; S.Kierkegard, M.Heidegger, Karl Jaspers, Gabril M, dan J.P Sartre.

Dari beberapa filosof diatas hanyalah sedikit dari beberapa filosof yang berkembang hingga sekarang. Dan disadari ataupun tidak bahwa pemikir sekarang pun banyak yang menekuni akan pemikirannya, bahkan menjadi pengikutnya. Perkembangan ini didukung -khususnya di dunia akdemik- kalangan pemikir liberal yang selalu bergelut dalam hal pemikiran. Diperkuat lagi dengan adanya paradigma berfikir filosof abad modern yang cara berfikirnya bagaimana cara merubah dunia, bukan bagaimana memikirkan dunia. Seperti yang terjadi pada era Kosmosentrisme. Konversi paradigma diatas merupakan indikator kemajuan bangsa Eropa.

Mengalirnya Spirit Averoisme
Menurut Muhammad Abid Al-Jabiri -filosof berkebangsaan Maroko-, kenapa manusia Eropa peradabannya sangat maju, itu dikarenakan oleh pengaruh filsafat abad pertengahan, tokoh utama dari pengaruh filsafat atas Eropa adalah Ibnu Rusyd. Ibnu Rusyd adalah filosof terakhir setelah, Al-Kindi, Al-Farobi, Ibnu Sina dan Al-Ghozali. Persoalan filsafat berkembang pesat di eropa itu dikarenakan filsafat di negeri timur tidak mendapatkan tempat yang layak, bahkan memusuhinya juga tidak begitu apresiatif dalam perjalanannya. Karena di negeri arab pada masa itu yang berkembang pesat –di dominasi- oleh kekuatan wahyu dan ilmu genostik (irfani).

Sebenarnya filsafat yang dimotori oleh Ibnu Rusyd juga tidak mendapatkan privilese di kalangan umat kristiani yang berdomisili di barat. Akan tetapi ada juga kaum agamawan –gereja- yang dengan sembunyi-sembunyi mengaguminya dan mempelajarinya, karena kalau tidak dengan cara seperti itu memahaminya, akan dikenakan sanksi yang tidak ringan, bahkan pada pengadilan inkuisisi atau berujung pada hukuman mati. Doktrin gereja pada waktu itu cukup kuat dan mempunyai otoritas yang mutlak diatas akal dan segala-galanya. Oleh karenanya siapa yang berani melawan otoritas yang sudah baku dan mutlak akan dikenakan hukuman yang seberat-beratnya. Pada masa itu juga ada tiga aliran yang dianggap sesat dan tidak boleh untuk di pelajarinya, pernah seorang pemimpin gereja yang bernama B.S.Tempier mengeluarkan fatwa sesatnya yang terdiri dari 219 aturan -yang tidak boleh diyakini ataupun dipelajari-. Pada mulanya doktrin itu hanya ada tiga yang mengenai kekekalan jiwa dan intelek yang diajarkan oleh Ibnu Rusyd dan tentang Tuhan yang diajarkan oleh Aristoteles.

Masuknya filsafat Ibnu Rusyd ke alam pemikiran orang eropa, yang mendapatkan banyak tantangan dari kekuatan kaum agamawan, tidak berhasil memadamkan semangat pengikut Ibnu Rusyd. Bahkan semakin berkembang pesat, yang tepatnya pada abad ke 13 dan 14 masehi. Pengikut setia dari pemikiran Ibnu Rusyd ini disebut dengan Averousme. Pemikiran filsafat Ibnu Rusyd yang telah memberikan semangat resistensi atas otoritas keagamaan (baca; Kristen) sebenarnya tidaklah berjalan mulus seperti yang tertulis diatas, namun berjalan lambat. Meski demikian, pengaruh ini telah berhasil menciptakan sebuah madzhab Averousme yang disebut dengan Avverousme latin. Selain dari Averousme latin juga, ada istilah lain yang disebut dengan Averousme Yahudi. Bentuk Averousme ini -berbeda dengan yang pertama-, berjalan mulus tanpa adanya pergolakan dengan otoritas agama. Hal ini keduanya disebabkan karena agama Kristen dalam pola relasi dengan umat muslim tidak harmonis pasca perang salib, -perlu diingat Ibnu Rusyd adalah filosof muslim- berbeda dengan orang yahudi yang dalam relasinya dengan orang islam sangat harmonis.

Pengaruh Averousme di negeri barat tidak boleh kesampingkan ketika kita mempelajari sejarah peradaban dan kebudayaan Eropa-barat. Karena dasar dari adanya terminologi Renaissance, Reformasi dan Aufklarung –yang sengaja diklasifikasi oleh sejarawan- adalah semangat Averousme. Renaissance memiliki arti kelahiran kembali, yang dimulai pada abad 14 di Italia dan berakhir di inggris pada abad 16. Reformasi (pembangunan kembali) adalah gerakan yang berkaitan dengan persoalan keagamaan. yang berujung pada pemisahan antara Kristen Katolik dan Kristen Protestan. Dan yang terakhir adalah Aufklarung istilah ini dapat diartikan dengan pencerahan yang tepatnya pada abad ke 18. Pencerahan merupakan jembatan pemisah antara era kegelapan (abad pertengahan) dan modern.

Inilah yang menyebabkan kenapa bangsa eropa bisa berkembang dengan pesat. Baik dalam hal keilmuan, kebudayaan, ekonomi, dan seni atau dalam terminologi yang sering kita sebut dengan Modern. Produk dari era modern yang banyak kita nikmati dan saksikan disetiap penjuru dunia merupakan bukti konkrit keterpengaruhan pemikiran Ibnu Rusyd atas Eropa-barat. Era modern ini semata-mata untuk menjawab persoalan kemanusiaan yang pada saat itu membutuhkan penyelesaian dan jawaban atas berbagai problem yang melingkupinya. Inti dari pada pemikiran Ibnu Rusyd bukan pada doktrinnya yang termaktub dalam tiga Magnum Opus-nya (Fashl al-maqol, Al-kashf’an manahij al-adillah, dan Tafahut al-tafahut). Akan tetapi semangat berfikir liberal dan menjunjung tinggi intelektual yang sudah lama terbelenggu didalam lingkaran gereja.

Menggeser Spirit Averoisme
Jika pada era kegelapan yang terjadi di Eropa berhasil tercerahkan oleh semangat Averoisme, yang menelorkan Renaissance, Reformasi dan Aufklarung yang terbungkus dalam terminilogi modernitas, seperti yang termaktub diatas. Dapatkah semangat Averousme dikembangkan di negeri yang dilanda krisis multidimensi yang semakin tak terkendali. Bahkan membuat masyarakat teralienasi didalam sangkar "kediktatoran yang terselubung". Averousme yang dalam perjalanannya tengah membuat pencerahan diberbagai elemen. Kita sebagai manusia yang tahu akan adanya akal yang melekat didalam tubuh dan jiwa kita seharusnya sadar akan kesempurnaan yang diberikan oleh sang pencipta, untuk menghentikan berbagai macam hal yang sangat merugikan dan membahayakan manusia lain. Averoisme yang tengah memberikan cahaya disetiap sudut kegelapan, sudah saatnya kita bawah ke negeri yang butuh akan adanya suatu pencerahan, untuk menerangi demokrasi, Hak asasi manusia (HAM) dan kebebasan kita yang telah lama tertutup hijab tanpa adanya sepercik cahaya sama sekali. Jika semangat Averoisme pada awal kemunculannya berhasil membebaskan akal dari otoritas gereja, maka Averoisme abad 21 harus bisa menjunjung tinggi nilai-nilai demokrasi, nilai-nilai kemanusiaan dan menjunjung tinggi kebebasan atas seluruh umat manusia. Atau dengan kata lain Averoisme harus dijadikan spirit hidup.

Adalah suatu kewajiban kita semua sebagai hamba Tuhan yang paling sempurna diatas makhluk yang lainnya, untuk memegang spirit Averoisme. Bangsa kita yang sedang dilanda bencana dari berbagai penjuru, baik itu disebabkan oleh kekuasaan Tuhan ataupun akibat dari manusia sendiri, sudah saatnya kita "bersenggama" dengan semangat Averoisme. Karena semangat Averoisme tidak akan pernah padam selagi kita tetap menjaganya. Spirit Averoisme ini bisa kita jadikan sebagai instrumen untuk menjawab berbagai problem kemanusiaan.. Wallhu a’lam.
 
Masdeka Internet Copyright © 2009 Blogger Template Designed by Bie Blogger Template